Skip to main content

Posts

Tips untuk Para Pendaki Cantik: Mendaki Gunung tetap Nyaman ketika Datang Bulan

Sekarang ini mendaki gunung tidak hanya identik dengan kaum adam saja loh guys , para kaum hawa pun semakin banyak yang turut menggemari kegiatan outdoor mendaki gunung ini. Walaupun masih banyak yang beranggapan bahwa pendaki perempuan itu cenderung lebih ribet dan kurang fleksibel dalam beberapa hal seperti buang air, mengganti pakaian, dan lain-lain. Banyak juga yang menganggap kalau wanita tidak boleh mendaki gunung ketika sedang haid atau datang bulan karena kondisi di gunung yang masih sangat sakral dan masih banyak hal-hal mistisnya. Nah, sebenarnya boleh atau tidak sih mendaki gunung ketika sedang menstruasi? Jadi, ya, sebenarnya hal-hal mistis itu tergantung pada kepercayaan masing-masing. Ada juga hal lain yang perlu diperhatikan seperti faktor fisik yang sangat mempengaruhi kondisi seorang wanita ketika sedang haid. Biasanya kita akan lebih mudah lelah, lemas, nyeri yang tidak biasa dan bahkan bagi sebagian wanita bisa sampai pingsan. Padahal ketika mendaki gunung, te
Recent posts

Ingin tetap Mendaki Gunung ketika Musim Hujan? Coba Tips berikut!

Mendaki gunung belakangan ini semakin menjadi lifestyle  yang tidak bisa ditinggalkan oleh anak muda. Banyak pendaki-pendaki baru yang mendadak bermunculan karena sekadar ikut-ikutan atau musiman saja (ternyata tidak cuma tahu bulat saja ya yang digoreng dadakan, pendaki pun ada juga   yang dadakan). Padahal, mendaki gunung itu jelas memiliki resiko yang tinggi serta menyangkut keselamatan dan juga nyawa. Oleh karena itu, ketika hendak mendaki gunung seharusnya sudah mengetahui standar pendakian dan menguasai materi survival  untuk kemungkinan buruk yang akan terjadi dan juga merancang persiapan sebaik mungkin. Setidaknya seorang pendaki harus mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mendaki gunung, dengan melihat kondisi cuaca tentunya. Sebenarnya mendaki gunung di musim hujan ataupun kemarau sama-sama mempunyai resikonya sendiri-sendiri. Misalnya, ketika musim hujan lebih rawan longsor, tersambar petir, banyak pohon tumbang, atau terserang hipotermia. Dan ketika musim panas, bahaya

Dua Minggu Tinggal di Ranu Pane, Sempat Disangka jadi Korban di Semeru

Captured by: Riko Dwi Saputra. Berhubung belum ada cerita perjalanan terbaru dalam waktu dekat ini, aku memutuskan untuk menuliskan pengalaman cerita-cerita yang sudah lama sebelum menghilang sepenuhnya dari ingatanku. Kali ini aku akan throwback ke tahun 2015 silam. Waktu itu bulan Agustus, aku kedatangan rombongan dari Semarang yang ingin ke Ranu Kumbolo. Mereka adalah mba Visi, Valen dan Riko teman-teman yang kukenal dari Instagram tetapi keakraban kita seperti sudah berteman lama. Dan yang ikut berangkat dari Malang ada aku, Dodo, Obam, Andhi, Lando, Tama, Resti dan Sifa juga ada mba Ni dari Surabaya. Total rombongan waktu itu 12 orang dan kalau tidak salah ingat kami berangkat beberapa hari sebelum 17 Agustusan. Ini termasuk rombongan terbanyak-ku sepanjang sejarah pendakian yang pernah aku lakukan. Awalnya aku sempat ragu-ragu akan ikut berangkat atau tidak. Padahal biasanya kalau naik gunung aku tidak pernah ragu-ragu. Tetapi mereka berusaha mengompori dan meyakinkanku hi

Gunung Lawu Kebakaran (Oktober 2015)

Puncak Menara, Gunung Lawu (3265 Mdpl). Captured by: Vanny Putri Ghasani Hari ini hari Selasa, dan aku sedang tidak ada jadwal untuk keluar rumah. Aku memutuskan untuk membuka laptopku, alih-alih ingin mencoba mulai mengerjakan latar belakang skripsi tetapi malah membuka situs blog yang sudah sangat lama tidak kukunjungi. Jika diibaratkan sebuah rumah, pasti isinya sudah penuh dengan sarang laba-laba dan berdebu. Baiklah, jadi ceritanya sewaktu bangun tidur tadi pagi handphone-ku mendapat notifikasi pertanda bahwa kapasitas memorinya sudah penuh, sehingga perlu menghapus beberapa data yang sudah tidak dibutuhkan. Aku membuka galeri foto yang isinya sudah hampir ribuan, aku scroll hingga ke paling bawah dan mulai menghapus beberapa foto yang kupikir sudah dipindahkan ke Google Drive. Hingga kemudian aku berhenti pada sebuah foto pendakian yang sudah cukup lama, kira-kira sekitar awal bulan Oktober tahun 2015 lalu. Yaitu ke Gunung Lawu, yang berlokasi di perbatasan antara

Rinjani, I'm in Love!

And so the adventure begins! Loc: Plawangan Sembalun, Captured by: Bintang Sidqi. 16 Agustus 2017. Aku dan Vanny sudah sangat siap untuk memulai petualangan kami berdua.  Pagi itu dengan berat hati kami berpisah dengan Indah yang langsung berangkat menuju bandara. Awalnya aku dan Vanny sempat bingung mengenai transportasi menuju ke Sembalun di kawasan TNGR yang berada di Lombok Timur. Sempat mengecek tarif transportasi  online  dan harga penyewaan mobil, tapi harganya sangat lumayan kalau hanya untuk berdua, sekitar Rp 300.000,00 untuk Grab Car dan Rp 500.000,00 untuk penyewaan mobil. Kebetulan aku memiliki kenalan seorang  backpacker  yang sedang berada di Rumah Singgah Lombok, sebut saja bang Joey, bisa juga search di Instagram namanya  @ranselusang . Barangkali membutuhkan  guide  karena dia juga sering mengantar tamu keliling Indonesia. Sebelumnya aku sudah memberitahu dia kalau aku akan ke Gunung Rinjani. Lalu dia menyarankan untuk transit dulu di Rumah Singgah seb