Skip to main content

Ingin tetap Mendaki Gunung ketika Musim Hujan? Coba Tips berikut!


Mendaki gunung belakangan ini semakin menjadi lifestyle yang tidak bisa ditinggalkan oleh anak muda. Banyak pendaki-pendaki baru yang mendadak bermunculan karena sekadar ikut-ikutan atau musiman saja (ternyata tidak cuma tahu bulat saja ya yang digoreng dadakan, pendaki pun ada juga yang dadakan). Padahal, mendaki gunung itu jelas memiliki resiko yang tinggi serta menyangkut keselamatan dan juga nyawa. Oleh karena itu, ketika hendak mendaki gunung seharusnya sudah mengetahui standar pendakian dan menguasai materi survival untuk kemungkinan buruk yang akan terjadi dan juga merancang persiapan sebaik mungkin. Setidaknya seorang pendaki harus mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mendaki gunung, dengan melihat kondisi cuaca tentunya. Sebenarnya mendaki gunung di musim hujan ataupun kemarau sama-sama mempunyai resikonya sendiri-sendiri. Misalnya, ketika musim hujan lebih rawan longsor, tersambar petir, banyak pohon tumbang, atau terserang hipotermia. Dan ketika musim panas, bahaya akan kebakaran hutan dan sumber air yang kering. Tetapi saat ini tidak sedikit juga pendaki yang tetap mendaki gunung disaat sedang musim hujan. Ada beberapa tips yang dapat dilakukan ketika melakukan pendakian di saat musim hujan, setidaknya mencegah lebih baik daripada mengobati. Simak penjelasan berikut!

1. Pastikan Memilih Gunung dengan Medan yang Tidak Terlalu Terjal atau Sulit


Pertama-tama, kita harus memilih gunung mana yang akan didaki. Tidak boleh asal naik, karena setiap gunung mempunyai karakter dan kesulitan medannya sendiri-sendiri. Jika curah hujan cukup tinggi, pilihlah gunung yang tidak terlalu ekstrem dan memiliki jalur yang jelas. Setelah itu, berusaha mempelajari kondisi gunungnya seperti letak lokasi shelter yang ada disana dan usahakan untuk merencanakan pendakian tidak pada malam hari. Apabila sewaktu di perjalanan cuaca sangat tidak memungkinkan, jangan khawatir untuk kembali turun. Karena keselamatan dan pulang ke rumah tetap menjadi yang utama.

2. Memantau Prakiraan Cuaca Melalui Aplikasi (Mountain Forecast, BMKG, AccuWeather)
Sebelum melakukan pendakian, ada baiknya kita mengecek terlebih dahulu curah hujan di gunung yang akan didaki menggunakan aplikasi-aplikasi cuaca yang tersedia di smartphone. Walaupun tidak 100% akurat, kita sudah mendapat gambaran di jam berapa saja hujannya akan turun dan kapan saja waktu yang berpotensi memiliki cuaca cerah. Hal ini penting dilakukan agar bisa mengetahui seberapa tinggi curah hujan pada tanggal pendakian kita, dengan begitu kita dapat mempersiapkan dan memprediksi waktu perjalanan dengan baik.

3. Membawa Jas Hujan dan Memakainya ketika Mulai Turun Hujan
Sepertinya terdengar klasik, tetapi ini sungguh berpengaruh besar untuk perjalanan kita nantinya. Jas hujan yang dibawa sebisa mungkin yang tidak terlalu berat, bisa menggunakan jas hujan sekali pakai dari plastik atau ponco yang berbentuk kelelawar. Keuntungan dari ponco adalah dapat menutupi carrier/ransel yang digunakan agar tidak langsung terkena hujan dan juga lebih mudah memakainya. Ingat, kita harus meletakkan jas hujan di bagian kepala carrier atau bagian teratas ransel yang mudah dijangkau, agar ketika sudah mulai gerimis kita bisa segera bersiap-siap menggunakannya. Bolehkah membawa payung ketika naik gunung? Boleh saja, tapi hanya untuk pemakaian seperlunya seperti kepentingan fotografer melindungi kamera, atau digunakan ketika sedang mendirikan tenda. Tidak disarankan untuk digunakan selama trekking, karena pada payung terdapat kandungan besi/timah yang dapat memicu tersambarnya petir.


4. Membawa Rain Cover/Cover Bag dan juga Flysheet
Walaupun sudah menggunakan trashbag untuk lapisan dalam carrier, kita tetap harus melapisi bagian luarnya dengan Rain Cover. Karena kondisi hujan yang terus menerus dan dengan skala yang cukup besar tetap dapat membuat kondisi carrier basah dan lembab. Flysheet bertujuan untuk melindungi tenda dari terpaan angin lembah/bukit dan juga air hujan agar tidak langsung menembus ke dalam tenda. Selain itu, ketika musim hujan flysheet juga dapat berfungsi sebagai penampung air, dan terpal darurat untuk berteduh ketika sedang beristirahat. Oleh karena itu, letakkan di tempat yang mudah dijangkau ya!

5. Membungkus Semua Barang Bawaan dengan Plastik
Sudah menggunakan Rain Cover, Trashbag, lalu masih harus membungkus dengan kantong plastik lagi? Tentu saja! Pastinya kita tidak mau kan kalau sleepingbag dan pakaian yang akan digunakan untuk tidur dan istirahat menjadi basah, lembab, dan dingin? Hal ini juga mencegah tembusnya air ke dalam bagian carrier, sehingga setiap jenis barang bawaan harus dipisahkan dan dibungkus dengan kantong kresek. Tidak apa-apa jika kita kehujanan sewaktu di trek, tetapi perlengkapan untuk tidur harus yang nyaman dong! Supaya keesokan harinya bisa melanjutkan perjalanan dengan nyaman. Karena pakaian yang basah juga dapat memicu penyakit seperti masuk angin, hipotermia, dan lain-lain.

6. Membawa Pakaian Lebih dan Pakaian Berbahan Dri-Fit
Kalau biasanya kita membawa hanya satu pasang pakaian ganti ketika naik gunung, berarti kita harus menambahkan satu pasang lagi ketika mendaki di musim hujan. Tergantung seberapa panjang dan lama perjalanannya. Setidaknya kita sudah memisahkan mana pakaian yang digunakan untuk jalan dan untuk istirahat, lalu menyiapkan pakaian cadangan jika memang kondisi hujannya parah dan kita tidak bisa menjemur pakaian yang basah. Pakaian berbahan Dri-Fit sangat membantu jika dipakai sewaktu trekking, karena pakaian dengan bahan polyester ini akan lebih cepat kering dan lebih ringan jika dibawa dibandingkan dengan bahan katun/kaus biasa. Jangan sampai membawa barang atau pakaian yang tidak efisien untuk dipakai, karena hanya akan menambah beban bawaan dan dapat menghambat langkah kita.

7. Menjemur Pakaian dan Sepatu yang Basah ketika Ada Matahari
Melakukan pendakian sewaktu musim hujan memang membuat kita tidak boleh banyak berharap akan bertemu matahari, karena sebagian besar pasti akan dipenuhi oleh kabut yang tebal. Akan tetapi jika sewaktu-waktu dibonuskan dengan kondisi cerah dan terang, kita bisa menjemur sejenak pakaian basah, sepatu basah, carrier basah atau barang lainnya yang basah dengan diangin-anginkan agar tidak terlalu berat jika dibawa kembali. Karena melakukan perjalanan dengan kondisi pakaian atau sepatu basah sesungguhnya akan membuat tidak nyaman.



8. Sedia Jaket Waterproof, Sepatu Trekking Waterproof, dan Trekking Pole
Lengkapi peralatan mendaki dengan tiga barang di atas. Dengan membawa ketiga barang tersebut kita seperti mempunyai nyawa tambahan. Jaket waterproof sangat multifungsi dan wajib dibawa ketika mendaki. Selain dapat menghalangi air, bagian dalam jaket yang berbahan polar juga dapat menghangatkan kita dari dinginnya cuaca di pegunungan. Ketika musim hujan, kondisi jalur otomatis akan lebih licin dan berlumpur, gunakan sepatu trekking waterproof yang nyaman agar dapat melindungi kaki dan bermanuver dengan baik. Yang terakhir, alat bantu ini mempunyai banyak fungsi selama pendakian. Diantaranya: dapat menjaga stabilitas dan keseimbangan ketika sedang berjalan, dapat memberikan dorongan tenaga tambahan pada saat tanjakan dan bisa membantu pengereman pada turunan yang curam, sebagai tiang penyangga untuk flysheet, sebagai pelindung jika sewaktu-waktu ada babi hutan atau binatang liar yang menyerang, dan masih banyak yang lainnya. Jadi, jangan lupa untuk membawa ketiga barang tersebut ya teman-teman!



Itulah beberapa cara yang harus diterapkan ketika melakukan pendakian di musim hujan. Untuk memastikan barang bawaan supaya tidak ada yang tertinggal, cobalah membuat check list ketika packing agar lebih mudah ketika melakukan cross check. Tidak lupa juga untuk selalu memperhatikan kode etik dalam mendaki gunung, yaitu tidak meninggalkan sampah di atas gunung. Selalu berhati-hati dan peduli dengan sekitar. Dan yang perlu diingat adalah tetap harus mempergunakan alat sesuai fungsinya. Karena alat-alat tersebut diciptakan untuk digunakan dalam kondisi-kondisi tertentu. Semoga bermanfaat!




Cheers,

Comments

Popular posts from this blog

My Project!

This is my first project stopmotion with @srindahwijayanti and made for her anniversary. @srindahwijayanti as model. Using more than 200 photos and inspired from Aulion. Contact me on Instagram  @riekesaputri for criticism. Thankyou for watching! ☺ Klik link dibawah ini ya hehehe Watch on Youtube - Anniversary Stopmotion

Tips untuk Para Pendaki Cantik: Mendaki Gunung tetap Nyaman ketika Datang Bulan

Sekarang ini mendaki gunung tidak hanya identik dengan kaum adam saja loh guys , para kaum hawa pun semakin banyak yang turut menggemari kegiatan outdoor mendaki gunung ini. Walaupun masih banyak yang beranggapan bahwa pendaki perempuan itu cenderung lebih ribet dan kurang fleksibel dalam beberapa hal seperti buang air, mengganti pakaian, dan lain-lain. Banyak juga yang menganggap kalau wanita tidak boleh mendaki gunung ketika sedang haid atau datang bulan karena kondisi di gunung yang masih sangat sakral dan masih banyak hal-hal mistisnya. Nah, sebenarnya boleh atau tidak sih mendaki gunung ketika sedang menstruasi? Jadi, ya, sebenarnya hal-hal mistis itu tergantung pada kepercayaan masing-masing. Ada juga hal lain yang perlu diperhatikan seperti faktor fisik yang sangat mempengaruhi kondisi seorang wanita ketika sedang haid. Biasanya kita akan lebih mudah lelah, lemas, nyeri yang tidak biasa dan bahkan bagi sebagian wanita bisa sampai pingsan. Padahal ketika mendaki gunung, te...

Dua Minggu Tinggal di Ranu Pane, Sempat Disangka jadi Korban di Semeru

Captured by: Riko Dwi Saputra. Berhubung belum ada cerita perjalanan terbaru dalam waktu dekat ini, aku memutuskan untuk menuliskan pengalaman cerita-cerita yang sudah lama sebelum menghilang sepenuhnya dari ingatanku. Kali ini aku akan throwback ke tahun 2015 silam. Waktu itu bulan Agustus, aku kedatangan rombongan dari Semarang yang ingin ke Ranu Kumbolo. Mereka adalah mba Visi, Valen dan Riko teman-teman yang kukenal dari Instagram tetapi keakraban kita seperti sudah berteman lama. Dan yang ikut berangkat dari Malang ada aku, Dodo, Obam, Andhi, Lando, Tama, Resti dan Sifa juga ada mba Ni dari Surabaya. Total rombongan waktu itu 12 orang dan kalau tidak salah ingat kami berangkat beberapa hari sebelum 17 Agustusan. Ini termasuk rombongan terbanyak-ku sepanjang sejarah pendakian yang pernah aku lakukan. Awalnya aku sempat ragu-ragu akan ikut berangkat atau tidak. Padahal biasanya kalau naik gunung aku tidak pernah ragu-ragu. Tetapi mereka berusaha mengompori dan meyakinkanku hi...