Skip to main content

I Left a Piece of My Heart in Lombok.... (Part 1)

Loc: Selong Belanak Beach

Agustus, 2017.

Ini kali kedua aku menginjakkan kaki di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Rencana liburan ini memang sudah aku rencanakan bersama dua orang sahabatku, Indah dan Vanny. Rencana awalnya adalah having a quality time sekaligus merayakan hari ulang tahun kami bertiga yang kebetulan jaraknya tidak begitu jauh. Karena aku yang sudah berdomisili di Malang, maka kami memilih Malang sebagai tempat meeting point sebelum meneruskan perjalanan ke Lombok. Itung-itung sekalian mereka mampir dan jalan-jalan ke tempat wisata baru yang ada di Malang dulu sebagai pemanasan.

H-beberapa minggu sebelum kedatangan mereka, kami rutin membahas rencana ini melalui video call. Menyusun itinerary sedemikian rupa, agar dengan waktu yang singkat di Malang tetap dapat menikmati berbagai tempat wisata seperti pantai di Malang Selatan, Gunung Bromo, air terjun, kuliner khas Malang dan beberapa tempat wisata kota di daerah Batu.

Untuk di Lombok sendiri, kami tidak membuat itinerary khusus karena waktu kami cukup panjang untuk menikmati destinasi wisata disana. Sekitar hampir dua mingguan. Aku rasa waktu segitu lumayan untuk menikmati pantai-pantai dan beberapa bukit. Niatnya hanya jalan-jalan cantik saja, tidak ada niat ke Gunung Rinjani. Karena tiga tahun sebelumnya, aku dan Indah sudah pernah menggelar acara reuni ke gunung Rinjani bersama 8 orang teman SMA kami. (Mungkin cerita perjalanan Rinjani episode 1 akan aku ceritakan juga di episode lain, karena banyaknya pelajaran yang aku dapat dari setiap perjalanan yang sayang jika tidak dibagikan.)

Sampai akhirnya, hari yang ditunggu pun tiba. Kami memilih jalur laut dari pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya langsung ke pelabuhan Lembar, Lombok. Karena trayek kapal itu baru, dan hanya ada seminggu dua kali. Kami memilih berangkat hari Sabtu dari Malang. Berangkat setelah subuh menuju Surabaya, lalu kemudian naik kapal Legundi menuju Lombok yang memakan waktu perjalanan sekitar 21-23 jam di kapal.

Sempat terjadi drama di pagi hari sebelum keberangkatan kami yang membuatku hampir tidak jadi berangkat karena aku yang belum pamit ke Mami dan mengkonfirmasi kalau hari itu jadi pergi ke Lombok. Sebenarnya aku sudah menceritakan ke Mami dari jauh hari kalau akan berangkat liburan ke Lombok bersama Indah dan Vanny, hanya saja Mami belum tahu pasti tanggalnya. Pagi itu Mami hanya sedikit terkejut dan tidak bisa berkata banyak untuk menahanku karena aku yang sudah siap berangkat, he he he.

Packing alakadarnya pun aku lakukan kilat sambil berlari kesana kemari dan berusaha memastikan tidak ada barang atau pakaian yang tertinggal. Kekuranganku memang, sering menggampangkan sesuatu dan menunda-nunda waktu sampai harinya tiba. Huh.

Loc: Selong Belanak Beach, Captured by: Satria Jaka Permana.
Kami naik kereta Penataran menuju Surabaya pukul 07.00 pagi, yang kebetulan karena weekend jadi kami tidak kebagian tempat duduk. Padahal kami sudah membeli tiket dari hari sebelumnya. Untung saja perjalanan dari Malang ke Surabaya hanya sekitar 2,5 jam. Kami mencari tempat di sambungan gerbong yang kosong, karena bawaan kami yang seperti orang mau naik gunung lengkap dengan carrier besar dan goodie bag masing-masing yang berisi perbekalan. Maklum, namanya juga cewek. Kalau berangkat liburan, pakaian yang dibawa tidak sebanding dengan yang dipakai. Belum lagi seperangkat alat make up dan alat kewanitaan lainnya seperti catokan, hairdryer, dll hehehe.

Kami sengaja memilih naik kapal Legundi karena penasaran ingin mencoba rute baru. Segala amunisi seperti kabel roll colokan, kartu remi, makanan berat, snacks hingga Antimo pencegah mabok sudah kami siapkan untuk berlayar selama 21 jam. Kalau bersama sahabat-sahabat tersayang, waktu selama itu pasti tidak akan terasa.

Ternyata kondisi kapal Legundi juga nyaman dan mengasyikkan. Ini pertama kalinya aku bisa mandi di kapal! Dan yang paling menyenangkan, kami bertiga mendapatkan teman baru di kapal. Berawal dari 'numpang ngecharge hp' di kabel roll yang kami bawa, salah satu laki-laki dari rombongan anak YAI Salemba Jakarta yang berjumlah empat orang itu pun berkenalan dengan Vanny. Dan dengar-dengar sih, sewaktu aku dan Indah tidur ada yang menikmati angin malam berdua di atas kapal ala-ala film Titanic gitu deh sampai jam 04.00 pagi. Hihihi. Ciye!

Benar saja, keesokan paginya pun Vanny bercerita bahwa rombongan laki-laki itu berencana akan naik ke Gunung Rinjani dan mengejar upacara 17 Agustusan disana. Hanya saja mereka belum tahu pasti berangkat kapan, pada waktu kami berangkat itu masih tanggal 13 Agustus. Dan mereka masih bingung akan tinggal dimana dikarenakan harus menunggu dua orang teman lagi dari Jakarta yang datang menyusul menggunakan pesawat keesokan harinya. Vanny ternyata telah menawarkan ke mereka untuk tinggal bersama kami di Lombok, yang rencananya akan singgah dan menginap di rumah saudara Vanny di daerah Mataram.

Dari situlah perjalanan kami dimulai!

Sekitar dua hari kami lalui bersama, sebelum tiba hari keberangkatan mereka ke Gunung Rinjani. Kami sempat berjalan-jalan ke Pantai Senggigi dan berbelanja kebutuhan di Mall Epicentrum Lombok dan Mataram Mall. Hingga akhirnya mereka memutuskan berangkat tanggal 15 Agustus. Aku, Vanny dan Indah pun mulai tergerak hatinya untuk ikut ke Gunung Rinjani. Apalagi aku memang sudah bertekad dalam hati, akan mengunjungi kembali Gunung Rinjani setelah kunjungan pertamaku di tahun 2014 lalu untuk merevisi perjalananku yang tidak seperti kebanyakan orang. Waktu itu rombonganku menggunakan jalur yang berawal dari Senaru dan turun melalui jalur Sembalun. Vanny pun ternyata sudah mempersiapkan peralatan gunungnya menggunakan paket kilat sehari dari Jogja (ini karena sebelum ke Malang, Vanny singgah dulu di Jogja dan naik ke Gunung Merapi lalu peralatannya ditinggal di Jogja). Kami bertiga memang tidak ada yang membawa peralatan gunung, karena tidak mengharuskan untuk naik ke Rinjani. Tetapi, setelah bertemu dengan rombongan laki-laki ini, mereka 'kekeuh' menghasut kami untuk ikut hingga akhirnya kami pun luluh. Apalagi Vanny juga belum pernah ke Gunung Rinjani, jadi dia termasuk orang yang paling mudah terhasut dan paling semangat untuk ikut. Akan tetapi, karena kami bertiga harus menunggu paket dari Jogja dulu dan mempersiapkan logistik serta peralatan gunung kami seperti tenda, sleeping bag, matras, headlamp dan peralatan lainnya, maka kami tidak bisa berangkat berbarengan dengan rombongan anak laki-laki itu (sebut saja Idris, Ilham, Bintang dan Lubis). Setelah dibuat kesepakatan, kami akan menyusul mereka dan berangkat pada tanggal 16 Agustusnya lalu bertemu mereka di Plawangan Sembalun dengan syarat mereka harus menemani kami summit ke puncak gunung Rinjani.

"Kenapa berangkatnya nggak barengan aja sih?"

Sesungguhnya kami juga ingin berangkat bareng mereka, apalagi perjalanan dari Mataram ke Sembalun juga lumayan jauh yang harus ditempuh sekitar tiga jam. Tetapi karena memang kami tidak harus mengejar upacara 17 Agustusan di puncak, jadi kami bisa berangkat lebih santai di tanggal 16 nya. Kasihan mereka yang memang sudah niat ke Gunung Rinjani dari awal, kalau harus menunggu kami dan terlalu diforsir berangkat tanggal 16 dan harus langsung ke Plawangan (pos terakhir sebelum summit). Karena idealnya, sebelum membuat camp di Plawangan, bisa singgah dan bermalam dulu di Pos 3.

Pada tanggal 15 Agustus pagi, kami berpisah dengan Idris dan kawan-kawan. Mereka harus ke daerah Ampenan dulu dan bertemu dengan dua teman lagi dari Jakarta (Gilang dan Rico) baru kemudian melanjutkan perjalanan ke kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Setelah berpisah, ternyata ada permasalahan baru yang menimpa kami bertiga. Indah terpaksa harus pulang ke Bogor lebih awal, dikarenakan kakeknya masuk Rumah Sakit dan kondisinya sudah kritis. Dengan berat hati, aku dan Vanny terpaksa harus melanjutkan perjalanan kami hanya berdua saja. Pada hari itu, setelah mengurus re-schedule tiket pesawat Indah, kami bermain sejenak ke Pantai Selong Belanak untuk quality time dan berfoto-foto sebelum kepulangan Indah ke Bogor. Karena kami yang LDR dan sibuk masing-masing sangat jarang sekali bisa menikmati waktu liburan bertiga seperti ini. Setelah itu, kami mampir di depot Ayam Taliwang sesuai dengan permintaan Indah. Malamnya, kami harus belanja logistik untuk dibawa besok. Kebetulan, aku memiliki beberapa teman yang tinggal di Lombok dan suka naik gunung juga. Aku membuat janji dengan temanku, Doni dan bertemu di McD Sriwijaya yang tidak jauh dari rumah tempat kami tinggal untuk mengambil dan meminjam beberapa peralatan gunung.

Peralatan sudah lengkap semua, aman! Waktunya packing! Aku sangat tidak sabar untuk segera berangkat keesokan harinya, karena ini merupakan pengalaman pertamaku naik gunung hanya berdua saja dan terlebih lagi kami berdua perempuan! It's gonna be soooo pretty amazing! Say yes to new adventures!

Loc: Selong Belanak Beach, Captured by: Vanny Putri Ghasani 

Loc: Selong Belanak Beach, Captured by: Satria Jaka Permana.

7 years and still counting




Cheers,
RiekeSaputri















Comments

Popular posts from this blog

My Project!

This is my first project stopmotion with @srindahwijayanti and made for her anniversary. @srindahwijayanti as model. Using more than 200 photos and inspired from Aulion. Contact me on Instagram  @riekesaputri for criticism. Thankyou for watching! ☺ Klik link dibawah ini ya hehehe Watch on Youtube - Anniversary Stopmotion

Tips untuk Para Pendaki Cantik: Mendaki Gunung tetap Nyaman ketika Datang Bulan

Sekarang ini mendaki gunung tidak hanya identik dengan kaum adam saja loh guys , para kaum hawa pun semakin banyak yang turut menggemari kegiatan outdoor mendaki gunung ini. Walaupun masih banyak yang beranggapan bahwa pendaki perempuan itu cenderung lebih ribet dan kurang fleksibel dalam beberapa hal seperti buang air, mengganti pakaian, dan lain-lain. Banyak juga yang menganggap kalau wanita tidak boleh mendaki gunung ketika sedang haid atau datang bulan karena kondisi di gunung yang masih sangat sakral dan masih banyak hal-hal mistisnya. Nah, sebenarnya boleh atau tidak sih mendaki gunung ketika sedang menstruasi? Jadi, ya, sebenarnya hal-hal mistis itu tergantung pada kepercayaan masing-masing. Ada juga hal lain yang perlu diperhatikan seperti faktor fisik yang sangat mempengaruhi kondisi seorang wanita ketika sedang haid. Biasanya kita akan lebih mudah lelah, lemas, nyeri yang tidak biasa dan bahkan bagi sebagian wanita bisa sampai pingsan. Padahal ketika mendaki gunung, te...

Dua Minggu Tinggal di Ranu Pane, Sempat Disangka jadi Korban di Semeru

Captured by: Riko Dwi Saputra. Berhubung belum ada cerita perjalanan terbaru dalam waktu dekat ini, aku memutuskan untuk menuliskan pengalaman cerita-cerita yang sudah lama sebelum menghilang sepenuhnya dari ingatanku. Kali ini aku akan throwback ke tahun 2015 silam. Waktu itu bulan Agustus, aku kedatangan rombongan dari Semarang yang ingin ke Ranu Kumbolo. Mereka adalah mba Visi, Valen dan Riko teman-teman yang kukenal dari Instagram tetapi keakraban kita seperti sudah berteman lama. Dan yang ikut berangkat dari Malang ada aku, Dodo, Obam, Andhi, Lando, Tama, Resti dan Sifa juga ada mba Ni dari Surabaya. Total rombongan waktu itu 12 orang dan kalau tidak salah ingat kami berangkat beberapa hari sebelum 17 Agustusan. Ini termasuk rombongan terbanyak-ku sepanjang sejarah pendakian yang pernah aku lakukan. Awalnya aku sempat ragu-ragu akan ikut berangkat atau tidak. Padahal biasanya kalau naik gunung aku tidak pernah ragu-ragu. Tetapi mereka berusaha mengompori dan meyakinkanku hi...